;

Jumat, 09 Maret 2012

Iwan Fals - Mata indah bola ping-pong

Jumat, 09 Maret 2012

Pria mana yang tak suka
Senyummu juwita
Kalau ada yang tak suka
Mungkin sedang goblok

Engkau baik
Engkau cantik
Kau wanita
Aku cinta

Mata indah bola ping pong
Masihkah kau kosong
Bolehkah aku membelai
Hidungmu yang aduhai

Engkau baik
Engkau cantik
Kau wanita
Aku puja

Jangan marah kalau kugoda
Sebab pantas kau digoda
Salah sendiri kau manis
Punya wajah teramat manis

Wajar saja kalau kuganggu
Sampai kapan pun kurindu
Lepaskan tawamu nona
Agar tak murung dunia

Engkau baik
Engkau cantik
Kau wanita
Aku cinta

Aku puja
Kau betina
Bukan gombal
Aku yang gila

Jangan marah kalau kugoda
Sebab pantas kau digoda
Salah sendiri kau manis
Punya wajah teramat manis

Wajar saja kalau kuganggu
Biar mampus aku rindu
Lepaskan tawamu nona
Agar tak murung dunia

Mata indah bola ping pong
Masihkah kau kosong
Bolehkah aku membelai
Hidungmu yang aduhai

Mata indah bola ping pong
Masihkah kau kosong
Bolehkah aku membelai
Bibirmu yang aduhai

Mata indah bola ping pong
Masihkah kau kosong
Bolehkah aku membelai
Pipimu yang aduhai

Mata indah bola ping pong
Masihkah kau kosong
Bolehkah aku membelai
Jidatmu yang aduhai


Iwan Fals - Masih bisa cinta

Hari ini kau patahkan hatiku
Kau patahkan niatku
Kau patahkan semangatku

Entah mengapa ku masih bisa cinta
Bisa cinta padamu
Kumaafkan salahmu

Berjanjilah berjanjilah untukku

Datang padaku
Lihat mataku
Akan kucoba perhatikan kamu

Datang padaku
Rasa hatiku
Akan kucoba terus cinta kamu

Air mata tak akan ku uraikan
Hanya mengelus dada
Kumaafkan salahmu


Kamis, 08 Maret 2012

Iwan Fals - Maaf cintaku

Kamis, 08 Maret 2012

Ingin kuludahi mukamu yang cantik
Agar kau mengerti bahwa kau memang cantik
Ingin kucongkel keluar indah matamu
Agar engkau tahu memang indah matamu

Harus kuakui bahwa aku pengecut
Untuk menciummu juga merabamu
Namun aku tak takut untuk ucapkan
Segudang kata cinta padamu

Mengertilah
Perempuanku

Jalan masih teramat jauh
Mustahil berlabuh
Bila dayung tak terkayuh

Maaf cintaku
Aku menggurui kamu

Mengertilah
Perempuanku

Jalan masih teramat jauh
Mustahil berlabuh
Bila dayung tak terkayuh

Maaf cintaku
Aku nasehati kamu

Maaf cintaku
Aku menggurui kamu

Maaf cintaku
Aku nasehati kamu

Maaf cintaku
Aku menggurui kamu


Iwan Fals - Lonteku

Hembusan angin malam waktu itu
Bawa lari ku dalam dekapanmu
Kau usap luka di sekujur tubuh ini
Sembunyilah-sembunyi ucapmu...

Nampak jelas rasa takut di wajahmu
Saat petugas datang mencariku

Reff.

Lonteku... Terima kasih
Atas pertolonganmu di malam itu
Lonteku... Dekat padaku
Mari kita lanjutkan cerita hari esok

(*)

Walau kita berjalan dalam dunia hitam
Benih cinta tak pandang siapa
Meski semua orang singkirkan kita
Genggam tangan erat-erat kita melangkah

Kembali ke Reff, (*), Reff (2x), fade out


Iwan Fals - Lingkaran aku cinta padamu

Kini kami berkumpul
Esok kami berpencar

Berbicara tentang kehidupan
Berbicara tentang kebudayaan
Berbicara tentang ombak lautan
Berbicara tentang bintang di langit
Kami berbicara tentang Tuhan
Berbicara tentang kesejatian
Tentang apa saja

Malam boleh berlalu
Gelap boleh menghadang

Disini kami tetap berdiri
Disini kami tetap berpikir
Disini kami tetap berjaga
Disini kami tetap waspada
Disini kami membuka mata
Disini kami selalu mencari
Kesejatian diri

Alang alang bergerak
Mata kami berputar

Seperti elang kami melayang
Seperti air kami mengalir
Seperti mentari kami berputar
Seperti gunung kami merenung
Di lingkaran kami berpandangan
Di lingkaran kami mengucapkan

Aku cinta padamu
Aku cinta padamu
Aku cinta padamu
Aku cinta padamu


Iwan Fals - Libur kecil Kaum kusam

Nikmat kau hisap asap tembakau
Di bangku rumah kontrakan
Sore selesai kerja sehari
Tunggu istri berdandan
Janji pergi berkencan

Tak kalah dengan orang gedean
Dalam rasakan senang
Walau lembaran gaji sebulan
Hanya cukup untuk kakus
Soal rekreasi sih harus

Setianya anak istri
Menantikan bahagia
Sehari bagaikan sang raja

Selesai anak istri berdandan
Tembakau kau matikan
Jendela pintu lalu kau kunci
Tentu tak sabar mereka pergi
Stop bis kota dengan pasti

Libur kecil kaum kusam
Yang teramat manis begitu romantis
Walau sekali setahun

Tuhan rangkullah
Jangan kau tinggalkan
Waktu mereka

Pergilah derita ini hari

Berilah tawa yang terkeras
Untuk obati tangis lalu
Limpahkan senang paling indah
Agar luka tak nyeri
Agar duka tak menari


Iwan Fals - Lancar

Sejak palapaku mengorbit ke angkasa
Kemajuan teknologiku semakin menggila
Komunikasipun bertambah mudah
Walau itu jauh di luar kota

Disana sini dan dimana mana
Terlihat berita tentang pembangunan
Terciptalah kini pemerataan
Bangsaku kini telah dipintu kemajuan

Tinggal semua perlu kesadaran
Jangan kita berpangku tangan
Teruskan hasil perjuangan
Dengan jalan apa saja yang pasti kita temukan

Asal jangan pembangunan
Dijadikan korban
Asal jangan pembangunan
Hanya untuk si tuan Polan

Disana sini dan dimana mana
Terlihat berita tentang pembangunan
Terciptalah kini pemerataan
Bangsaku kini sudah diambang kemajuan

Tinggal semua perlu kesadaran
Jangan kita berpangku tangan
Teruskan hasil perjuangan
Dengan jalan apa saja yang pasti kita temukan

Asal jangan pembangunan
Dibuat kesempatan
Asal jangan pembangunan
Dijadikan korban
Asal jangan pembangunan
Bikin resah kaum susah
Asal jangan pembangunan
Bikin mandul hutan gundul
Asal jangan pembangunan
Bikin gendut kulit perut
Asal jangan pembangunan
Bikin subur kaum makmur
Asal jangan pembangunan
Bikin kotor meja kantor
Asal jangan pembangunan
Buat senang cacing cacing


Iwan Fals - Lagu pemanjat

Antara hidup dan mati
Tak kan pernah aku kembali
Niatku sudah terpatri
Antara hidup dan mati

Darah keringat di batu
Terikat tali kehidupan
Rasa takut dan ragu-ragu
Mengundang dewa kematian

Berada di ketinggian
Menjawab segala tekanan
Angin kencang sebagai godaan
Kita harus mampu bertahan

Lagu pemanjat
Bukan lagu orang sekarat
Lagu pemanjat
Lagu orang yang kuat

Lagu pemanjat
Bukan hanya sekedar kuat
Lagu pemanjat
Lagu jiwa yang liat

Dinding dingin tebing terjal
Terus melambai lambaikan tangannya
Memanggil aku untuk tetap memanjati
Kehidupan yang penuh dengan misteri

Sang jari menari
Jangan berhenti
Kupasrahkan diriku
DigenggamanMu

Sang nyali bernyanyi
Di ujung kaki
Kuikhlaskan hidupku
Ya kuikhlaskan


Iwan Fals - Lagu cinta

Aku tak tahu harus mulai dari mana?
Aku tak tahu harus menulis apa?

Ditanganku duka
Ditanganku suka

Lagu cinta ingin kunyanyikan
Namun lidahku kaku hatiku beku

Aku rindu
Aku tak tahu
Lagu cinta dimana kamu?

Mencari apa yang dicari
Menunggu apa yang ditunggu
Aku merasa dikejar waktu

Mencari apa yang dicari
Menunggu apa yang ditunggu
Aku merasa dikejar waktu

Dari mana kamu datang?
Aku tak mendengar langkahmu

Lagu cinta
Pelan pelan bangunkan aku

Mencari apa yang dicari
Menunggu apa yang ditunggu
Aku merasa dikejar waktu

Mencari apa yang dicari
Menunggu apa yang ditunggu
Aku merasa dikejar waktu

Mencari apa yang dicari
Menunggu apa yang ditunggu
Aku merasa dikejar waktu

( Mencari apa yang dicari )

Mencari apa yang dicari
Menunggu apa yang ditunggu
Aku merasa dikejar waktu


Iwan Fals - Kupu-kupu hitam putih

Menunggu matahari terbit dimusim hujan
Mendung menjadi teman ada juga keindahannya
Butir embun yang ada di daun bagai intan berlian
Lebih riang ia berkilauan karena matahari tertutup awan

Iri aku menyaksikan itu tapi kutekan aku harus bersyukur
Berguru pada kenyataan pada mahluk Tuhan yang katanya tak berakal

Suara burung-burung di dahan nyanyian alam
Bekerja ia mencari makan ada juga yang membuat sarang

Iri aku menyaksikan itu tapi kutekan aku harus bersyukur
Berguru pada kenyataan pada makhluk tuhan yang katanya tak berakal

Mendung datang lagi setelah hangat sebentar
Butir embun hilang aku jadi termenung
Mencari pegangan mencoba untuk bersandar
Langit makin hitam aku jadi berharap pada hujan

Kupu-kupu hitam putih terbang di sekitarku
Melihat ia menari hatiku terpatri
Sepasang merpati bercumbu di balik awan
Kemudian ia turun menukik sujud syukur pada-Nya


Iwan Fals - Kupakasa untuk melangkah

Kulangkahkan kakiku yang rapuh
Tinggalkan sepi kota asalku

Saat pagi buta
Sandang gitar usang
Ku coba menantang
Keras kehidupan

Datangi rumah rumah tak jemu
Petik tali tali senar gitarku

Dari tenda ke tenda
Warung yang terbuka
Lantang nyanyikan lagu
Oh memang kerjaku

Tak pasti jalur jalan hidup
Ku tunggu putaran roda nasib
Ku coba paksakan untuk melangkah

Sementara
Kerikil kerikil tajam menghadang
Langkahku


Iwan Fals - Kuli Jalanan

Derap langkah dan reringat kuli pembuat jalan

Dengan pengki ditangan kiri, pacul di pundak kanan

Dengus nafasnya, terdengar bagai suara kereta

Keringat mereka menyengat aroma penderitaan

Berjalan gontai perlahan

Berbaris bagai tentara yang kalah perang

Kerja keras kau lakukan

Walau upah tak berimbang

Bak sapi perahan


Kuli jalan kerja siang dan malam

Kuli jalan peduli curah hujan

Kuli jalan panas tak dihiraukan

Kuli jalan upah jauh berimbang

Kuli jalan pahlawan terlupakan

Kuli jalan menangis di lubang galian

Kuli jalan resah di kaki tuan

Kuli jalan anak isteri menunggu bimbang


Iwan Fals - Kuda lumping

Kuda lumping nasibnya nungging
Mencari makan terpontang panting
Aku juga dianggap sinting
Sebenarnya siapa yang sinting?

Berputar putar dalam lingkaran
Menari tak sadarkan diri
Mata terpejam mengunyah beling
Mempertahankan hidup yang sulit

Kuda lumping nasibnya nungging
Mencari makan terpontang panting
Aku juga dianggap sinting
Sebenarnya siapa yang sinting?

Mulutnya berbusa
Nasibnya berbusa
Tradisi berbusa
Tradisi amblas

Nyanyi
Penari bernyanyi
Sebelum
Tergilas mati
Sunyi
Hati sang penari
Sebab
Hidup mereka telah tersisih

Berbaju sutra pandai menipu
Membabi buta cari mangsa
Mulut penipu berbau busuk
Mempertahankan hidup yang busuk

Para penipu berkeliaran
Makan tanah memperkosa fakta
Saling menipu sesama penipu
Tidak menipu jadinya tertipu

Mulutnya berbusa
Nasibnya berbusa
Tradisi berbusa
Tradisi amblas

Nyanyi
Penipu menyanyi
Sebelum
Mereka mati
Sunyi
Hati sang penipu
Sebab
Tak bisa menipu diri sendiri

Kuda lumping megap megap
Pelan pelan ditelan jaman
Para penipu tunggu saatmu
Kuda lumping menginjak mulutmu

Kuda lumping nasibnya nungging
Mencari makan terpontang panting
Aku juga dianggap sinting
Sebenarnya siapa yang sinting?

Para penipu berkeliaran
Makan tanah memperkosa fakta
Saling menipu sesama penipu
Tidak menipu jadinya tertipu

Kuda lumping megap megap
Pelan pelan ditelan jaman
Para penipu tunggu saatmu
Kuda lumping menginjak mulutmu


Iwan Fals - Kumenanti seorang kekasih

Bila mentari bersinar lagi

Hatikupun ceria kembali ... Asyik

Kutatap mega tiada yang hitam

Betapa indah hari ini

Kumenanti seorang kekasih

Yang tercantik yang datang dihari ini

Adakah dia kan selalu setia

Bersanding hidup penuh pesona

Harapanku

Jangan kau tak menepati

Datanglah dengan kasihmu

Andai kau tak datang kali ini

Punah harapanku


Iwan Fals - Krisis pemuda

Bermacam macam tuduhan
Yang menimpa pemuda
Bermacam macam sindiran
Menyelimuti hidup pemuda

Tak ada yang mau mengerti
Akan segala kemampuannya
Dan tak ada yang mau peduli
Mengapa sampai jadi korban
Kelinci kelinci percobaan

Semua sibuk dengan kekayaan
Semua sibuk dengan alasan
Seakan melepas kasih sayangnya

Dimana kusumbangkan tenaga
Demi laju bangun negara
Tapi tak sempat ku berbicara
Lowongan kerja tak kudapatkan

Sistim koneksi
Sistim famili
Merajalela di setiap instansi

Sistim koneksi
Sistim famili
Merajalela di setiap instansi

Oh oh oh oh
Krisis pemuda
Melanda negeri tercinta (Indonesia)

Oh oh oh oh
Krisis pemuda
Melanda negeri tercinta (Indonesia)


Iwan Fals - Kota

Kota adalah rimba
belantara buas
Dari yang terbuas.....
Setiap jengkal lorong
dan pecik darah
Darah dari iri...
darah dari benci
Bahkan darah dari sesuatu
yang tak pasti....

Kota adalah rimba belantara
liar dari yang terliar....
Setiap detik lidah-lidah liar
rakus menjulur lapar...

Tangis bayi adalah lolong
srigala...di bawah bulan....
Lengking tinggi merobek
batu-batu tebing keras dan kejam

Bernafas diantara sikut
licik dan garang
Bergerak diantara ganasnya
selaksa karat.....

Kota adalah hutan belantara
akal
Kuat dan berakar....
menjurai....
Di depan mata...siap
menjerat...
di depan mata....
siap menjerat....
leher kita.....


Iwan Fals - Kontrasmu bisu

Tinggi pohon tinggi berderet setia lindungi
Hijau rumput hijau tersebar indah sekali
Terasa damai kehidupan di kampungku
Kokok ayam bangunkan ku tidur setiap pagi

Tinggi gedung tinggi mewah angkuh bikin iri
Gubuk gubuk liar yang resah di pinggir kali
Terlihat jelas kepincangan kota ini
Tangis bocah lapar bangunkan ku dari mimpi malam

Lihat dan dengarlah riuh lagu dalam pesta
Diatas derita mereka masih bisa tertawa
Memang ku akui kejamnya kota Jakarta
Namun yang kusaksikan lebih parah dari yang kusangka

Jakarta oh Jakarta
Si kaya bertambah gila dengan harta kekayaannya
Luka si miskin semakin menganga

Jakarta oh Jakarta
Terimalah suaraku dalam kebisinganmu
Kencang teriakku semakin menghilang

Jakarta oh Jakarta
Kau tampar siapa saja saudaraku yang lemah
Manjakan mereka yang hidup dalam kemewahan

Jakarta oh Jakarta
Angkuhmu buahkan tanya
Bisu dalam kekontrasannya

Jakarta oh Jakarta
Jakarta oh Jakarta
Jakarta oh Jakarta
Jakarta oh Jakarta
Jakarta oh Jakarta


Iwan Fals - Kisah motorku

Hei bapak kopral saya datang mau lapor
Tadi malam waktu saya sedang molor
Telah kehilangan sepeda motor
Dirumah teman saya yang bermata bolor

Baik anak muda kuterima laporanmu
Tapi mengapa kau lapor hari sudah bedug lohor
Juga kenapa kau lapor
Kok hanya pakai celana kolor

Tunggu saja sebulan nanti bapak beri kabar
Sekarang engkau boleh pulang

Lama kutunggu kabar dari bapak kopral
Kenapa nggak nongol-nongol
Sehingga gua dongkol

Lalu aku pergi menuju kantor polisi
Tapi nggak jadi
Sebab kabel listrik perut saya kortsleting
Oh kiranya saya lupa setor tadi pagi

Terpaksa sore hari saya baru pergi
Kontrol
Ternyata sepeda motor ada di garasi
Kantor polisi

Sudah tak beraki
Sudah tak berlampu
Tutup tengki hilang
Kaca spion kok melayang

Dia bilang waktu diketemukan
Sudah demikian

Memang tak beraki kok
Memang tak berlampu kok
Tutup tengki hilang
Kaca spion kok melayang

Bolehkah motor ini saya bawa pulang bapak kopral?
Oh tentu saja boleh engkau bawa pulang
Asal engkau tahu diri
Mbok terima kasih


Iwan Fals - Kesaksian

Aku mendengar suara

Jerit makhluk terluka

Luka, luka

Hidupnya

Luka

Orang memanah rembulan

Burung sirna sarangnya

Sirna, sirna

Hidup redup

Alam semesta

Luka


Banyak orang

Hilang nafkahnya

Aku bernyanyi

Menjadi saksi


Banyak orang

Dirampas haknya

Aku bernyanyi

Menjadi saksi


Mereka

Dihinakan

Tanpa daya

Ya, tanpa daya

Terbiasa hidup

Sangsi


Orang-orang

Harus dibangunkan

Aku bernyanyi

Menjadi saksi


Kenyataan

Harus dikabarkan

Aku bernyanyi

Menjadi saksi


Lagu ini

Jeritan jiwa

Hidup bersama

Harus dijaga

Lagu ini

Harapan sukma

Hidup yang layak

Harus dibela


Iwan Fals - Kereta tiba Pukul berapa

Hilang sabar dihati dan tak terbendung lagi

Waktu itu

Lama memang kutunggu kedatanganmu

Sobat karibku

Datang telegram darimu


Dua hari yang lalu

Tunggu aku

Di stasiun kereta itu pukul satu

Ku pacu sepeda motorku

Jarum jam tak mau menunggu

Maklum rindu


Traffic light aku lewati

Lampu merah tak peduli

Jalan terus

Di depan ada polantas

Wajahnya begitu buas

Tangkap aku

Tawar menawar harga pas tancap gas


Sampai stasiun kereta

Pukul setengah dua

Duduk aku menunggu

Tanya loket dan penjaga

Kereta tiba pukul berapa

Biasanya...kereta terlambat

Dua jam mungkin biasa

Dua jam cerita lama


Iwan Fals - Kemesraan

Suatu hari
Dikala kita duduk ditepi pantai
Dan memandang ombak dilautan yang kian menepi

Burung camar terbang
Bermain diderunya air
Suara alam ini
Hangatkan jiwa kita

Sementara
Sinar surya perlahan mulai tenggelam
Suara gitarmu
Mengalunkan melodi tentang cinta
Ada hati
Membara erat bersatu
Getar seluruh jiwa
Tercurah saat itu

Kemesraan ini
Janganlah cepat berlalu
Kemesraan ini
Inginku kenang selalu

Hatiku damai
Jiwaku tentram di samping mu
Hatiku damai
Jiwa ku tentram
Bersamamu


Iwan Fals - Kembang Pete

Ku berikan padamu
Setangkai kembang pete
Tanda cinta abadi namun kere
Buang jauh-jauh impian mulukmu
Sebab kita tak boleh bikin uang palsu
Kalau diantara kita jatuh sakit
Lebih baik tak usah ke dokter
Sebab ongkos dokter disini
Terkait di awan tinggi

Cinta kita cinta jalanan
Yang tegak mabuk dipersimpangan
Cinta kita jalanan
Yang sombong menghadap keadaan

Semoga hidup kita bahagia
Semoga hidup kita sejahtera

Semoga hidup kita bahagia
Semoga hidup kita sejahtera

Kuberikan padamu sebuah batu akik
Tanda sayang bathin yang tercekik
Rawat baik-baik walau kita terjepit
Dari kesempatan yang semakin sempit


Iwan Fals - Katakan kita rasakan

Sisakan senyum
Sisihkan tawa
Ketika tangis terdengar
Cakar telinga kita

Hangatkan surya
Didarah ini
Relakan untuk mereka
Agar air mata pergi

Satukan kata dan rasa
Bersama singkirkan derita
Biarkan langkah berarti
Disekejap hidup ini

Katakan cinta
Rasakan duka
Katakan pasti kita rasakan
Segala penderitaan

Satukan kata dan rasa
Bersama singkirkan derita
Biarkan langkah berarti
Disekejap hidup ini


Iwan Fals - Kasacima

Yang aku mau kau tunggu
Janganlah terburu nafsu
Pasti kudatangi kamu
Tak mungkin kau ku kibuli

Kasihku kasih terkasih
Sayangku sayang tersayang
Cintaku cinta tercinta
Manisku manis termanis

Rinduku setengah mati
Kalbuku menggebu-gebu
Mari sini dekat padaku
Kucium kau berulang kali

Hidup ini indah
Berdua semua mudah
Yakinlah melangkah
Jangan lagi gelisah

Kalau kau tak mau menunggu
Aku tak pandai merayu
Percayalah kau padaku
Percaya ya percayalah

Suka dan duka biasa
Cemburu jangan membuta
Senyumlah engkau kekasih
Problema jadi tak perih


Iwan Fals - Kantata Takwa

Malam khusuk menelan tahajjudku
Lidah halilintar menjilat batinku
Mentari dan cakrawala kenyataan hidup
Hanya padaMulah kekuasaan kekal

Ingatlah Allah yang menciptakan
Allah tempatku berpegang dan bertawakal
Allah maha tinggi dan maha esa
Allah maha lembut

Lindungilah dari ganas dan serakah
Lindungilah aku dari setan kehidupan
Berikan mentariMu sinar takwa
Ya ampunilah dosa

Gerhana matahari kuasaMu
Bumi langit manusia ciptaanMu
Hari kiamat ada di tanganMu
Aku bersujud


Iwan Fals - Jendral Tua

Jendral tua foto di tengah keluarga
Tersenyum dingin memandang kamera
Istrinya mati, anak dan adiknya dipenjara
Apa jadinya dan apa isi hatinya

Jendral tua masih tampan dan perkasa
Tersebar kabar banyak yang jatuh cinta
Oh medan laga, menganga minta digoda
Oh kuru setra, pada perang saudara

Jendral tua bererot jasa di dadanya
Menagih janji pada ibu pertiwi
Mungkinkah ia seorang prajurit sejati
Kalaulah iya, wah sungguh celaka

Jendral tua legenda hidup nyata
Ahli strategi jago sudah teruji
Melahap sepi, di dalam kamarnya sendiri
Masihkah ia, tergoda oleh dunia

Jendral tua semoga kuat imanmu
Tetaplah begitu dan tetap di situ
Cahaya itu, ingatkan aku pada bapakku
Tetap begitu, tetap di pertapaan sucimu

(bait dibawah ini ditambahkan setelah "Jendral Tua" wafat)

Jendral tua kini tinggal cerita
Di perut Lawu rumah abadimu
Janjikan madu, dan racun bagi anak cucumu
Bagai sembilu, perihkan tulang sumsumku
Tinggalkan soal, yang rumit bagi para begundal
Semoga saja, yang ditinggal tak jadi sundal
Sundal...!


Iwan Fals - Jendela Kelas Satu

Duduk dipojok bangku deretan belakang
Didalam kelas penuh dengan obrolan
Slalu mengacau laju hayalan

Dari jendela kelas yang tak ada kacanya
Dari sana pula aku mulai mengenal
Seraut wajah berisi lamunan

Bibir merekah dan merah selalu basah
Langkahmu tenang kala engkau berjalan
Tinggi semampai gadis idaman

Reff:

Kau datang membawa
Sebuah cerita
Darimu itu pasti lagu ini tercipta
Darimu itu pasti lagu ini tercipta

Dari jendela kelas yang tak ada kacanya
Tembus pandang kekantin bertalu rindu
Datang mengetuk pintu hatiku


Iwan Fals - Jangan tutup dirimu

Dari hati yang paling dalam
Kudendangkan...sebuah
lagu temani sepi
Sejenak iringi nurani

Ada jarak diantara kita
Selimuti sekian waktu
t'lah tersita
Ingin kuhilang jarak
terbentang....semoga

Datanglah kau kekasih
Dekap aku erat-erat
Jangan buang pelukku
yang tulus

Biarkan hujan turun
Basahi jiwa yang haus
Jangan tutup dirimu

Buat apa kau diam saja
Bicaralah agar aku
semakin tau
Warna dirimu duhai permata

Kau mimpiku...
aku tak bohong
Seperti yang kau kira
Seperti yang s'lalu kau duga
Pintaku kau percayalah
usah ragu

Datanglah kau kekasih
Dekap aku erat-erat
Jangan campakkan pelukku
yang tulus

Biarkan hujan turun
Basahi jiwa yang kering
Jangan tutup dirimu

Datanglah kau kekasih
Dekap aku erat-erat
Jangan hancurkan pelukku
yang tulus

Biarkan hujan turun
Basahi jiwa yang haus
Jangan tutup dirimu

Datanglah kau kekasih
Dekap aku erat-erat
Jangan lemparkan pelukku
yang tulus

Biarkan hujan turun
Basahi jiwa yang kering
Jangan tutup dirimu


Iwan Fals - Jangan Bicara

Jangan bicara soal idealisme

Mari bicara berapa banyak uang di kantong kita

Atau berapa dahsyatnya

Ancaman yang membuat kita terpaksa onani

Jangan bicara soal nasionalisme

Mari bicara tentang kita yang lupa warna bendera sendiri

Atau tentang kita yang buat

Bisul tumbuh subur

Di ujung hidung yang memang tak mancung


Jangan perdebatkan soal keadilan

Sebab keadilan bukan untuk diperdebatkan

Jangan cerita soal kemakmuran

Sebab kemakmuran hanya untuk anjing si tuan polan


Lihat di sana... Di urip meratap

Di teras marmer direktur mutat

Lihat di sana... Si icih sedih

Di ranjang empuk waktu majikannya menindih


Lihat di sana.... Parade penganggur

Yang tampak murung di tepi kubur


Lihat di sana....... Antrian pencuri

Yang timbul sebab nasinya dicuri

Jangan bicara soal runtuhnya moral

Mari bicara tentang harga diri yang tak ada arti

Atau tentang tanggung jawab

Yang kini dianggap sepi


Iwan Fals - Jalan yang panjang berliku

Jalan panjang yang berliku

Jalan lusuh dan berbatu

Namun kuharus mampu menempuh

Bersama beban di batinku

Kudatang berlumur debu

Kupergi bersama bayu

Diantara gelisah

Kucoba untuk tetap kukuh


Tiadakan tempat kuberteduh

Dikala luka membiru

Uh .. Uh .. Uh ..

Segenggam harapan dalam jiwa

Hilang punah tiada kesan ..


Dikegelapan ..


Iwan Fals - Isi Rimba Tak Ada Tempat Berpijak Lagi

Raung buldozer gemuruh pohon tumbang

Berpadu dengan jerit isi rimba raya

Tawa kelakar badut-badut serakah

Dengan hph berbuat semaunya

Lestarikan alam hanya celoteh belaka

Lestarikan alam mengapa tidak dari dulu...

Oh mengapa.....


Oh...oh...ooooo......

Jelas kami kecewa

Menatap rimba yang dulu perkasa

Kini tinggal cerita

Pengantar lelap si buyung


Bencana erosi selalu datang menghantui

Tanah kering kerontang

Banjir datang itu pasti

Isi rimba tak ada tempat berpijak lagi

Punah dengan sendirinya akibat rakus manusia

Lestarikan hutan hanya celoteh belaka

Lestarikan hutan mengapa tidak dari dulu saja


Oh...oh...ooooo......

Jelas kami kecewa

Mendengar gergaji tak pernah berhenti

Demi kantong pribadi

Tak ingat rejeki generasi nanti


Bencana erosi selalu datang menghantui

Tanah kering kerontang

Banjir datang itu pasti

Isi rimba tak ada tempat berpijak lagi

Punah dengan sendirinya akibat rakus manusia


Iwan Fals - Inspirasi

Sore itu aku duduk sendiri
Duduk termenung
Dipinggir kali yang sepi

Bukannya ku putus asa
Kan bunuh diri
Apalagi korban permainan cinta
Patah hati

Pura pura aku jadi pemusik
Duduk disitu ku menciptakan lagu
Syair telah tersusun rapi
Diotakku

Tiba tiba aku dikejutkan
Dengan suara
Sendu aneh lucu

Dan kucarilah suara itu

Kulihat kanan dan kiri
Jebulnya om Pasikom lagi
Beraksi

Eh pantesan saya kira
Pisang goreng pisang goreng
Dibuang di kali
Warna kuning kabul kabul
Jalan sendiri

Eh pantesan saya kira
Pisang goreng pisang goreng
Dibuang di kali
Warna kuning kabul kabul
Jalan sendiri

Inspirasi berantakan
Hilang semua


Iwan Fals - Ini bukan mimpi

Simaklah laguku ini
Tentang sebuah bencana
Tragedi umat manusia
Terjadi lagi
Terjadi lagi

Alampun telah bersaksi
Atas tingkah laku kita
Tuhanpun telah menyapa
Memperingati
Memperingati

Ini bukan sandiwara
Ini bukan dalam mimpi
Ini bukan sandiwara
Ini bukan dalam mimpi

Ini kenyataan mari renungi
Ini bukan sandiwara
Ini bukan dalam mimpi
Ini kenyataan yang ada mari renungi

Demi keselamatan kita bersama
Mari kita berdoa
Pada Yang Kuasa
Berjanji kembali kejalan Illahi
Berjanji kembali kejalan Illahi
Kejalan Illahi


Iwan Fals - Imitasi

Join-join dong ayo kita kumpul duit

Dana siap kita berangkat

Pakaian rapi celana potongan napi

Taplak meja dirombak jadi dasi

Pergi kita cari sasaran

Malam ingin melepas keresahan

Lihat Popi pakai rok mini

Lihat Nancy pakai bikini

Tapi sayang sudah dibooking papi-papi

Reff.


Otakku tegang begitupun kawan sejalan

Cepat putar haluan tancap gas

Kita ngacir pergi ke taman lawang

Paginya Toto malamnya Titi

Paginya Sunarto malam Sunarti

Paginya Ahmad malamnya Asye

Paginya Ismet malam Isye

Aku melongo persis kebo bego

Jidat mengkerut persis jidat Darto

Lihat itu potongan abisnya mirip perempuan


Iwan Fals - Ikrar

Meniti hari meniti waktu
Membelah langit belah samudera
Ikhlaslah sayang ku kirim kembang
Tunggu aku tunggu aku

Rinduku dalam semakin dalam
Perjalanan pasti kan sampai
Penantianmu smangat hidupku
Kau cintaku kau bintangku

Doakanlah sayang
Harapkanlah manis
Suamimu segera kembali
Doakanlah sayang
Harapkanlah manis
Suamimu suami yang baik

Kutitipkan semua yang ku tinggalkan
Kau jagalah semua yang mesti kau jaga
Permataku aku percaya padamu
Permataku aku percaya padamu


Iwan Fals - Ikan-ikan

Ikan ikan kecil
Jadi santapan ikan ikan besar
Agar warna kulitnya berkilau
Di dalam akuarium kehidupan

Gelembung gelembung udara
Jadi syarat hidup sejahtera
Jikalau tidak mau celaka
Bikin senang hati pemiliknya

Ikan ikan kecil
Di sudut kiri peti televisi
Menjadi hiasan tersendiri
Walau tak lama mereka pergi

Ini kisah menahun
Juga tragedi bertahun tahun
Dibungkus merdu gemericik air
Jadi hiburan keluarga rukun

Ikan ikan kecil mati
Dimakan ikan ikan besar
Walau begitu adanya
Kuakui hatiku tergetar

Ikan ikan besar mati
Segala yang hidup pasti mati
Begitupun pemiliknya
Penjual dan penikmatnya

Tak ada yang lepas dari kematian
Tak ada yang bisa sembunyi dari kematian
Pasti


Iwan Fals - Izinkan aku menyayangimu

Andai kau ijinkan
Walau sekejap memandang
Kubuktikan kepadamu
Aku meiliki rasa

*
Cinta yang kupendam
Tak sempat aku nyatakan
Karena kau telah memilih
Menutup pintu hatimu

Ijinkan aku membuktikan
Inilah kesungguhan rasa
Ijinkan aku menyayangimu

Reff :
Sayangku oh
Dengarkanlah isi hatiku
Cintaku oh
Dengarkanlah isi hatiku

Back to *

Bila cinta tak mungkin menyatukan kita
Bila kita tak mungkin bersama
Aku tetap menyayangimu

Back to Reff

Sayangku oh
Dengarkanlah isi hatiku
Aku sayang padamu
Ijinkan aku membuktikan


Iwan Fals - Ibu

Ribuan kilo jalan yang kau tempuh

Lewati rintang untuk aku anakmu

Ibuku sayang masih terus berjalan

Walau tapak kaki, penuh darah... penuh nanah



Seperti udara... kasih yang engkau berikan

Tak mampu ku membalas...ibu...ibu



Ingin kudekat dan menangis di pangkuanmu

Sampai aku tertidur, bagai masa kecil dulu

Lalu doa-doa baluri sekujur tubuhku

Dengan apa membalas...ibu...ibu....



Seperti udara... kasih yang engkau berikan

Tak mampu ku membalas...ibu...ibu


Iwan Fals - Hura Hura Huru Hara

Apa jadinya jika mulut dilarang bicara

Apa jadinya jika mata dilarang melihat

Apa jadinya jika telinga dilarang mendengar

Jadilah robot tanpa nyawa

Yang hanya mengabdi pada perintah

Apa jadinya jika saran berubah menjadi ancaman

Apa jadinya jika lintah darat makin menghisap rakyat

Apa jadinya jika keserakahan makin semena-mena

Jadilah kepincangan keadilan

Yang hanya melahirkan dendam


Hura-hura huru-hara

Lingakaran setan semakin seram bentuknya

Hura-hura huru-hara

Gelombang mara bahaya makin terasa


Apa jadinya jika petani tak lagi punya sawah

Apa jadinya jika cukong-cukong menguasai tanah

Apa jadinya jika hukum sekedar bendera-bendera pajangan

Jadilah penghisapan sesama manusia

Yang hanya melahirkan drakula-darkula


Hura-hura huru-hara

Lingakaran setan semakin seram bentuknya

Hura-hura huru-hara

Gelombang mara bahaya makin terasa


Iwan Fals - Hijaukan dunia

Aku tak mau terlibat segala macam tipu menipu
Aku tak mau terlibat segala macam omong kosong
Aku wajar wajar saja
Aku mau apa adanya
Aku tak mau mengingkari hati nurani

Aku tak mau terlibat persekutuan manipulasi
Aku tak mau terlibat pengingkaran keadilan
Aku mau jujur jujur saja
Bicara apa adanya
Aku tak mau mengingkari hati nurani

Hio hio hio hio hio
Hio hio hio hio hio
Hoo hoo hoo
Hoo hoo hoo
Hoo hoo hoo
Hoo hoo hoo

“Mulane dulur ayo dijogo
Omongane lan kelakuane”

Aku tak mau bicara yang tentang aku sendiri tidak tahu
Aku tak mau mengerti kenapa orang saling mencaci
Aku mau sederhana
Mau baik baik saja
Aku tak mau mengingkari hati nurani

Aku tak mau kehilangan akal sehat dipikiranku
Aku tak mau menyaksikan ada orang yang dihinakan
Aku hanya tahu
Bahwa orang hidup
Agar jangan mengingkari hati nurani

Hio hio hio hio hio
Hio hio hio hio hio
Hoo hoo hoo
Hoo hoo hoo
Hoo hoo hoo
Hoo hoo hoo

Aku mau wajar wajar saja
Aku mau apa adanya
Aku mau jujur jujur saja
Bicara apa adanya
Aku mau sederhana
Mau baik baik saja
Aku hanya tahu
Bahwa orang hidup
Agar jangan mengingkari hati nurani

Hio hio hio hio hio
Hio hio hio hio hio
Hio hio hio hio hio
Hio hio hio hio hio

Aku tak mau mengingkari hati nurani
Aku tak mau mengingkari hati nurani
Aku tak mau mengingkari hati nurani
Aku tak mau mengingkari hati nurani


Iwan Fals - Haruskah Pergi

Sering aku merasa
Tak mengerti dengan apa yang ada
Melihat dari kegelapan
Mencoba mengurai makna

Begitu banyak yang terjadi
Begitu banyak yang tak kupahami
Orang saling membenci
Membunuh dan melukai

Perang masih terjadi
Bencana bertubi tubi
Kerinduan tercampak
Kesepian merajai

Aku ingin pergi
Meninggalkan ini semua
Menemani senja
Yang sedang berduka

Aku harus pergi
Meninggalkan semua ini
Menemui kamu
Yang mengajak bercinta

Air mata nyaris jatuh
Di pelataran rumah yang teduh
Ayat-MU terkapar
Di lemari lemari berdebu

Ada apa gerangan
Mengapa mesti tergesa gesa
Tak bisakah tenang
Menikmati bulan penuh dan bintang

Lalu mengarungi waktu
Dengan lapar yang menyakitkan
Menyikapi semua
Dengan kesabaran

Aku ingin pergi
Meninggalkan ini semua
Menemani senja
Yang sedang berduka

Aku harus pergi
Meninggalkan semua ini
Menemui kamu
Yang mengajak bercinta

Oh oh oh


Iwan Fals - Hadapi saja

Relakan yang terjadi takkan kembali
Ia sudah miliknya bukan milik kita lagi
Tak perlu menangis tak perlu bersedih
Tak perlu tak perlu sedu sedanmu
Hadapi saja

Pasrah pada Ilahi
Hanya itu yang kita bisa
Ambil hikmatnya ambil indahnya
Cobalah menari cobalah bernyanyi
Cobalah-cobalah mulai detik ini
Hadapi saja

(*)
Hilang memang hilang wajahnya
Terus terbayang
Berjumpa di mimpi
Kau ajak aku untuk menari,
Bernyanyi
Bersama bidadari malaikat
Dan penghuni surga

Kembali ke: (*)

Relakan yang terjadi takkan kembali
Ia sudah miliknya bukan milik kita lagi
Pasrah pada Ilahi hanya itu yang kita bisa
Ambil hikmatnya ambil indahnya

Tak perlu menangis tak perlu bersedih
Tak perlu tak perlu sedu sedan itu
Hadapi saja

Cobalah menari cobalah bernyanyi
Cobalah cobalah mulai detik ini
Hadapi saja


Iwan Fals - Guru zirah

Dia cantiknya guru muda kelasku
Zirah namamu asli cangkokan Jawa
Busana biasa saja
Ramping kau punya pinggang

Tahi lalatmu genit nangkring di jidat
Goda batinku kilikitik imanku
Pantatmu aduhai
Bagai salak raksasa

Merah bibirmu bukan polesan pabrik
Mulus kulitmu tak perlu lagi ke salon
Betismu bukan main
Indah bak padi bunting

Tidur pun aku tak nyenyak
Sebelum aku sebutkan
Namamu
Guru Zirah bodi montok

Rasanya ingin punya bank
Tuk traktir engkau seorang
Impianku
Guru Zirah bodi montok

Baru melihat kaki ibu melangkah
Hati didalam dag dig dug mirip beduk
Apalagi he he he
Tak kan kuat ku berdiri

Zirah guruku ibu manis bak permen
Berilah les privat agar otakku paten
Hadiahku tas plastik
Boleh pesan di butik

Tidur pun aku tak nyenyak
Sebelum aku sebutkan
Namamu
Guru Zirah bodi montok

Rasanya ingin punya bank
Tuk traktir engkau seorang
Impianku
Guru Zirah VeWe Kodok

Kalau setuju kita bolos sehari
Bohong sedikit mungkin Tuhan tak marah
Asmara tak bedakan
Aku murid kau guru

Kebun binatang lokasi yang ideal
Murah meriah ongkos buat pacaran
Ku tahu gaji ibu
Hanya cukup untuk beli tahu

Tidur pun aku tak nyenyak
Sebelum aku sebutkan
Namamu
Guru Zirah bodi montok

Rasanya ingin punya bank
Tuk traktir engkau seorang
Impianku
Guru Zirah VeWe Kodok


Iwan Fals - Guruku Oemar Bakrie

Tas hitam dari kulit buaya

"Selamat pagi!", berkata bapak Oemar Bakri

"Ini hari aku rasa kopi nikmat sekali!"

Tas hitam dari kulit buaya

Mari kita pergi, memberi pelajaran ilmu pasti

Itu murid bengalmu mungkin sudah menunggu


(*)

Laju sepeda kumbang di jalan berlubang

S'lalu begitu dari dulu waktu jaman Jepang

Terkejut dia waktu mau masuk pintu gerbang

Banyak polisi bawa senjata berwajah garang



Bapak Oemar Bakri kaget apa gerangan

"Berkelahi Pak!", jawab murid seperti jagoan

Bapak Oemar Bakri takut bukan kepalang

Itu sepeda butut dikebut lalu cabut, kalang kabut, cepat pulang

Busyet... Standing dan terbang


Reff.

Oemar Bakri... Oemar Bakri pegawai negeri

Oemar Bakri... Oemar Bakri 40 tahun mengabdi

Jadi guru jujur berbakti memang makan hati

Oemar Bakri... Oemar Bakri banyak ciptakan menteri

Oemar Bakri... Profesor dokter insinyur pun jadi

Tapi mengapa gaji guru Oemar Bakri seperti dikebiri



Kembali ke (*)

Bapak Oemar Bakri kaget apa gerangan

"Berkelahi Pak!", jawab murid seperti jagoan

Bapak Oemar Bakri takut bukan kepalang

Itu sepeda butut dikebut lalu cabut, kalang kabut

Bakrie kentut... Cepat pulang

Oemar Bakri... Oemar Bakri pegawai negeri

Oemar Bakri... Oemar Bakri 40 tahun mengabdi

Jadi guru jujur berbakti memang makan hati

Oemar Bakri... Oemar Bakri banyak ciptakan menteri

Oemar Bakri... Bikin otak seperti otak Habibie

Tapi mengapa gaji guru Oemar Bakri seperti dikebiri


Iwan Fals - Genangan hujan

Sampai di mana aku tak tahu
Yang aku tahu terus melangkah menerjang bosan
Banyak cerita yang telah kita temui
Pasti berarti walau kadang tak peduli

Berkaca pada genangan hujan
Semerbak harum bunga-bunga liar
Senda gurau binatang malam
Mengantarku ke pembaringan

Bila dingin mengganggu kuhampiri kamu
Bila rindu bertalu aku di sampingmu
Kuselimuti dengan semangatku
Lalu kukisahkan mimpi yang sederhana

Telah kuminta kau untuk menemani
Perjalanan ini sudah terjadi
Jangan berpikir kapan akan berakhir
Aku bergelora kurasa kaupun bahagia

Berkaca pada genangan hujan
Semerbak harum bunga-bunga liar
Senda gurau binatang malam
Mengantarku ke pembaringan


Iwan Fals - Gali Gongli

Lelaki kecil usia belasan
Rokok ditangan depan kedai tuak
Disela gurau tiga temannya
Di atas koran asyik main domino

Di lokalisasi pinggiran kota
Yang nama dosa mungkin tak bicara
Neraka poster indah
kamar remang
Engkau lahir lelaki
kecil malang

Reff:
Gali gongli bocah karbitan
Besar dari belaian
Ribuan bapak
Gali gongli anak rembulan
HIdup dari bibir yang
Iklankan tubuh mulus
Ibunya.......

Lelaki kecil usia belasan
Usai berjudi pagi habis subuh
Kembali....ia ditelan sepi
Entah esok apalagi
Hari depan........
Hari depan.......


Iwan Fals - Galang rambu anarki

Galang rambu anarki anakku

Lahir awal januari menjelang pemilu

Galang rambu anarki dengarlah

Terompet tahun baru menyambutmu

Galang rambu anarki ingatlah

Tangisan pertamamu ditandai bbm

Membumbung tinggi (melambung)

Reff:

Maafkan kedua orangtuamu

Kalau tak mampu beli susu

Bbm naik tinggi

Susu tak terbeli orang pintar tarik subsidi

Mungkin bayi kurang gizi (anak kami)


Galang rambu anarki anakku

Cepatlah besar matahariku

Menangis yang keras, janganlah ragu

Tinjulah congkaknya dunia buah hatiku


Doa kami di nadimu


Iwan Fals - Frustasi

Generasiku banyak yang frustasi

Broken home istilah bule bule luar negeri

Mereka muak lihat papi mami bertengkar

Mereka jijik lihat papi mami slalu keluar

Ada urusan yang tak masuk di akal

Mami sibuk cari bujangan

Papi sibuk cari perawan

Timbang kesal lebih baik aku berhayal

Jadi orang besar

Seperti Hitler yang tenar

Jadi orang tenar

Persis Carter juragan kacang


Mata cekung badan persis capung

Tingkah sedikit bingung

Pikiran mirip mirip orang linglung

Rambut selalu kusut

Disuruh selalu manggut-manggut

Duduk di sudut hei kasihan itu tubuh

Tinggal tulang sama kentut


Hei Mr. Gelek loe tega

Mata gua kok nggak bisa melek

Hei Mr. Gelek

Duit gopek gua kira cepek

Hei Mr. Gelek perut laper ada tape

Pas gua sikat asem-asem nggak tahunya telek


Iwan Fals - Ethiopia

Dengar rintihan berjuta kepala

Waktu lapar menggila

Hamparan manusia tunggu mati

Nyawa tak ada arti

Kering kerontang meradang

Entah sampai kapan

Datang tikam nurani

Selaksa do'a penjuru dunia

Mengapa tak robah bencana

Menjerit Afrika mengerang Ethiopia

Ethiopia Ethiopia Ethiopia Ethiopia

Ethiopia Ethiopia Ethiopia Ethiopia

Derap langkah sang penggali kubur

Angkat yang mati dengan kelingking

Parade murka bocah petaka

Tak akan lenyap kian menggema

Nafas orang-orang disana

Merobek telinga telanjangi kita

Lalat-lalat berdansa cha cha cha

Berebut makan dengan mereka

Tangis bayi ditetek ibunya

Keringkan airmata dunia

Obrolan kita dimeja makan

Tentang mereka yang kelaparan

Lihat sekarat dilayar Tv

Antar kita pergi ke alam mimpi

Ethiopia Ethiopia Ethiopia Ethiopia

Ethiopia Ethiopia Ethiopia Ethiopia

Disana terlihat ribuan burung nazar

Terbang disisi iga-iga yang keluar

Jutaan orang memaki takdirnya

Jutaan orang mengutuk nasibnya

Jutaan marah....jutaan marah

Tak bisa berbuat apa-apa

Setiap detik selalu saja ada yang merintih

Setiap menit selalu saja ada yang mengerang

Aku dengar jeritan dari sisni...aku dengar

Aku dengar tangismu dari sini...aku dengar

Namun aku hanya bisa mendengar

Aku hanya bisa sedih

Hitam kulitmu sehitam nasibmu kawan

Waktu kita asik makan waktu kita asik minum

Mereka haus..........mereka lapar

Mereka lapar...mereka lapar


Iwan Fals - esek-esek udug-udug

Menangis embun pagi yang tak lagi bersih
Jubahnya yang putih tak berseri ternoda
Daun daun mulai segan menerima
Apa daya tetes embun terus berjatuhan

Mengalir sungai sungai plastik jantung kota
Menjadi hiasan yang harusnya tak ada
Udara penuh dengan serbuk tembaga
Topeng topeng pelindung harus dikenakan

Ini desaku
Ini kotaku
Ini negeriku
Ya

Robot robot bernyawa tersenyum menyapaku
Selamat datang kawan di belantara batu
Kulanjutkan melangkah antara bising malam
Mencari tempat mencari harapan

Aku melihat
Aku bertanya
Aku terluka
Ya

Wahai kawan hei kawan bangunlah dari tidurmu
Masih ada waktu untuk kita berbuat
Luka di bumi ini milik bersama
Buanglah mimpi mimpi
Buanglah mimpi mimpi

Buanglah mimpi mimpi
Buanglah mimpi mimpi
Buanglah mimpi mimpi
Buanglah mimpi mimpi


Iwan Fals - Entah

Entah mengapa aku tak berdaya

Waktu kau bisikkan,

"Jangan aku kau tinggalkan"

Tak tahu di mana ada getar terasa

Waktu kau katakan

"Kubutuh dekat denganmu"


Seperti biasa aku diam tak bicara

Hanya mampu pandangi

Bibir tipismu yang menari


Seperti biasa aku tak sanggup berjanji

Hanya mampu katakan:

"Aku cinta kau saat ini"

Entah esok hari

Entah lusa nanti

Entah


Sungguh mati betina

Aku tak mampu beri sayang yang cantik

Seperi kisah cinta di dalam komik


Sungguh mati betina

Buang saja angan angan itu

Lalu cepat peluk aku

Lanjutkan saja langkah kita

Rasalah....

Rasalah....

Apa yang terasa


Iwan Fals - Engkau tetap sahabatku

Dia adalah sahabatku bahkan lebih
Dia adalah yang diburu...datang padaku
Sekedar lepas lelah dan sembunyi
Untuk berlari lagi

Dia adalah yang terbuang...mengetuk pintuku
Penuh luka dipunggungnya...merah hitam
Dia menjadi terbuang....setelah harapannya....
dibuang.....
Bapaknya pegawai kecil.... kelas sandal jepit
yang kini di dalam penjara...sedang bela anaknya
Untuk darah daging yang tercinta
Selesaikan sekolah

Sahabatku...gantikan bapaknya...
coba mencari kerja
Namun yang didapat cemooh
Harga dirinya berontak
Lalu dia tetapkan hati
Hancurkan sang pembuang
Air putih aku hidangkan...aku dipersimpangan
aku hitung semua lukanya...
Seribu bahkan lebih..sejuta lebih

Pagi buta dia berangkat...diam-diam
Masih sempat selimuti aku....yang tertidur
Aku terharu...doaku untukmu
Sebutir peluru yang tertinggal dibawah bantalnya
Bertali jadikan kalung lalu kukenakan
segera mengingatmu kawan
yang terus berlalu
Selamat jalan kawan...
Selamat menari air mata
Hei...sahabat yang terbuang
Engkau sahabatku....tetap sahabatku


Rabu, 07 Maret 2012

Iwan Fals - Emak

Rabu, 07 Maret 2012

Tanpa engkau
Sedikitpun tiada artinya aku
Bagiku kau api
Yang berikan hangat begitu kuat
Pada beku nadi

Tiada dua
Engkau hadirkan cinta tak berahir
Tak kan pernah mampu
Kulukis putihmu lewat lagu
Maafkanlah aku

Bagai bening mata air
Memancar tak henti
Mungkin masihlah teramat kurang

Bagai sinar matahari
Yang tak kenal bosan
Berikan terangnya pada kita
Kaulah segalanya

Hanya ini
Yang sanggup kutulis untukmu bunda
Jangan tertawakan
Simpan dalam hatimu yang sejuk
Rimbun akan doa

Kau berikan semuanya
Yang bisa kau beri
Tanpa setitikpun harap balas

Kau kisahkan segalanya
Tanpa ada duka
Walaupun air matamu tumpah
Tenggelamkan dunia

Bagai sinar matahari
Yang tak kenal bosan
Berikan terangnya pada jiwa

Kau berikan semuanya
Yang bisa kau beri
Tanpa setitikpun harap balas
Agungnya engkau

Bagai luas laut biru
Batinmu untukku
Selalu ada tempat tuk resahku

Bagai bening mata air
Memancar tak henti
Sirami jiwaku waktu kecewa
Datang menggoda


Iwan Fals - doa pengobral dosa

Disudut dekat gerbong... Yang tak terpakai
Perempuan... Bermake up tebal...
Dengan rokok ditangan...
Menunggu tamunya... Datang....

Terpisah dari ramai
Berteman nyamuk nakal... Dan segumpal harapan
Kapankah datang... Tuan berkantong tebal...

Habis berpasang-pasang... Tuan belom datang
Dalam hati resah menjadi bimbang
Apakah esok hari... Anak anakku dapat makan...

o Tuhan beri... Setetes rejeki...
Dalam hati yang bimbang berdoa...
Beri terang jalan anak hamba....
Kabulkanlah... Tuhan...

Terpisah dari ramai
Berteman nyamuk nakal... Dan segumpal harapan
Kapankah datang... Tuan berkantong tebal...

Habis berpasang-pasang... Tuan belom datang
Dalam hati resah menjadi bimbang
Apakah esok hari... Anak anakku dapat makan..

o Tuhan beri... Setetes rejeki..

Dalam hati yang bimbang berdoa...
Beri terang jalan anak hamba....
Kabulkanlah... Tuhan...

Kabulkanlah... Tuhan...


Iwan Fals - Doa dalam sunyi

Angin datang dari mana ?
Merayapi lembah gunung
Ada luka dalam duka
Dilempar kedalam kawah

Memanjat tebing tebing sunyi
Memasuki pintu misteri
Menggores batu batu
Dengan kata sederhana
Dengan doa sederhana

Merenung seperti gunung
Mengurai hidup dari langit
Jejak jejak yang tertinggal
Menyimpan rahasia hidup

Selamat jalan saudaraku
Pergilah bersama nasibmu
Pertemuan dan perpisahan
Dimana awal akhirnya ?
Dimana bedanya ?
Dimana bedanya ?

Doa doa terdengar dalam sunyi
Doa doa terdengar dalam sepi

Doa doa terdengar dalam sunyi
Doa doa terdengar dalam sepi

Doa doa terdengar dalam sunyi
Doa doa terdengar dalam sepi

Doa doa terdengar dalam sunyi
Doa doa terdengar dalam sepi


Iwan Fals - Do'a

Berjamaah
Menyebut asma ALLAH
Saling asah saling asih saling asuh

Berdoalah
Sambil berusaha
Agar hidup jadi tak sia sia

Badan sehat
Jiwa sehat
Hanya itu yang kami mau

Hidup berkah
Penuh gairah
Mudah mudahan ALLAH setuju

Inilah lagu pujian
Nasehat dan pengharapan

Dari hati yang pernah mati
Kini hidup kembali


Iwan Fals - Dihatimu aku berlindung

Ketika matahari membakar lautan
Ketika matahari membakar dunia
Ketika matahari membakar diri sendiri

Dihatimu aku berlindung
Dihatimu aku berlindung

Ketika badai menghempaskan diriku
Ketika badai menutupi langkahku
Ketika badai mengguncang guncang hidupku

Dihatimu aku berlindung
Dihatimu aku berlindung
Dihatimu aku berlindung
Dihatimu aku berlindung

Ketika bumi ini tak berputar lagi
Ketika malaikat tak berdoa lagi
Ketika aku tak bisa bernyanyi lagi

Dihatimu aku berlindung
Dihatimu aku berlindung
Dihatimu aku berlindung
Dihatimu aku berlindung

Dihatimu aku berlindung
Dihatimu aku berlindung
Dihatimu aku berlindung
Dihatimu aku berlindung


Ketika matahari membakar diri sendiri
Ketika matahari membakar diri sendiri

Dihatimu aku berlindung
Dihatimu aku berlindung

Ketika aku tak bisa bernyanyi lagi
Ketika malaikat tak berdoa lagi


Iwan Fals - Dimata air tidak ada air mata

Memetik gitar dan bernyanyi

Pada waktu tak bertepi

Di atas langit di bawah tanah

Di hembus angin terseret arus

Untuk saudara tercinta

Untuk Jiwa yang terluka

Tengah lagu suaraku hilang

Sebab hari semakin bising

Hanya bunyi peluru di udara

Gantikan denting gitarku

Mengoyak paksa nurani

Jauhkan jarak pandangku

Bibirku bergerak tetap nyanyikan cinta

Walau aku tahu tak terdengar

Jariku menari tetap takkan berhenti

Sampai wajah tak murung lagi

Amarah sempat dalam dada

Namun akalku menerkam

Kubernyanyi di matahari

Kupetik gitar di rembulan

Di balik bening mata air

Tak pernah ada air mata


Iwan Fals - Desa

Desa harus jadi kekuatan ekonomi
Agar warganya tak hijrah ke kota
Sepinya desa adalah modal utama
Untuk bekerja dan mengembangkan diri

Walau lahan sudah menjadi milik kota
Bukan berarti desa lemah tak berdaya
Desa adalah kekuatan sejati
Negara harus berpihak pada para petani

Entah bagaimana caranya
Desalah masa depan kita
Keyakinan ini datang begitu saja
Karena aku tak mau celaka

Desa adalah kenyataan
Kota adalah pertumbuhan
Desa dan kota tak terpisahkan
Tapi desa harus diutamakan

Di lumbung kita menabung
Datang paceklik kita tak bingung
Masa panen masa berpesta
Itulah harapan kita semua

Tapi tengkulak tengkulak bergentayangan
Tapi lintah darat pun bergentayangan
Untuk apa punya pemerintah
Kalau hidup terus terusan susah

Di lumbung kita menabung
Datang paceklik kita tak bingung
Masa panen masa berpesta
Itulah harapan kita semua

Desa harus jadi kekuatan ekonomi
Agar warganya tak hijrah ke kota
Sepinya desa adalah modal utama
Untuk bekerja dan mengembangkan diri

Desa harus jadi kekuatan ekonomi


Iwan Fals - Dan Orde Paling Baru

KKN berkembang biak sampai kelurahan
Banyak orang yang kehilangan pegangan
Perlu pemimpin yang demokratis tapi bertangan besi
Kata seorang tokoh yang baru sembuh dari sakit

Sementara rakyat tidak perduli siapa yang mimpin
Yang penting kebutuhan hidup yang wajar terpenuhi
Kelaparan kemiskinan dan pengangguran masih terjadi
Ya banyak orang yang hidup dibawah garis kemiskinan

Kota besar menjadi magnit
Karena televisi mengiming imingi
Yang jelas rakyat butuh pendidikan
Tapi pendidikan yang didapat adalah rongsokan

Soal kesehatan sulit didahulukan
Sebab bisa makan sehari sekali saja sudah hebat
Jangan tanya soal sandang dan papan
Loakan dan kontrakan lah jadi jawaban
Juga kolong jembatan

Kapan ya bisa kembali normal
Karena memang keadaan ini tidak normal
Itu sebabnya bermunculan paranormal
Seperti jamur dimusim hujan

Tutup lubang gali lubang
Falsafah hidup jaman sekarang
Sebenarnya sih dari jaman dulu
Dari jaman orde lama, orde baru
Dan sampai sekarang ini
Jaman orde paling baru

KKN berkembang biak sampai kelurahan
Banyak orang yang kehilangan pegangan
Perlu pemimpin yang demokratis tapi bertangan besi
Kata seorang tokoh yang baru sembuh dari sakit

KKN berkembang biak sampai kelurahan


Iwan Fals - Damai Kami Sepanjang Hari

Hangat mentari pagi ini
Antar ku pulang dari bermimpi
Ramah tersenyum matahari
Inginkan aku tuk bernyanyi

Indah pagi ini
Nada sumbang enyahlah kau
Biarkan kami

Perlahan kau bangunkan aku
Antarkan segelas kopi ( kopi susu )
Dengar canda adik adikmu
Inginkan aku segera bersatu

Indah pagi ini
Nada sumbang enyahlah kau
Biarkan kami

Semoga akan tetap abadi
Pagi ini
Pagi esok
Esok hari
Hari nanti

Semoga tak kan pernah berhenti
Canda hari ( pagi )
Canda pagi ( hari )
Damai kami Sepanjang hari


Iwan Fals - Coretan di dinding

Coretan dinding membuat resah

Resah hati pencoret

Mungkin ingin tampil

Tapi lebih resah pembaca coretannya

Sebab coretan dinding

Adalah pemberontakan kucing hitam

Yang terpojok ditiap tempat sampah, ditiap kota

Cakarnya siap dengan kuku kuku tajam

Matanya menyala mengawasi gerak musuhnya

Musuhnya adalah penindas

Yang menganggap remeh coretan dinding kota

Coretan dinding terpojok di tempat sampah

Kucing hitam dan penindas sama sama resah


Iwan Fals - Condet

Kubuka jendela
Sapa angin pagi
Ringan kau melangkah
Songsong hidup ini

Hela lenguh lembu
Halau burung burung
Bocah tawa riang
Canda di kali yang jernih

Bila malam
Tembang di purnama
Yang memberi semangat
Hidup esok hari

Kubuka jendela
Maki angin pagi
Berat kau melangkah
Tuk dapatkan kesempatan

Roda teknologi
Enyahkan pedati
Bias rumah kaca
Lubangi paru bumi

Syair Ronggowarsito
Jerit dan keringat
Gemuruhnya Rolling Stones

Api revolusi
Haruskah padam
Digantikan figur yang tak pasti


Iwan Fals - Columbia

Langit nampak murung seperti gelisah

Angin bawa kabar tentang duka, di sana....

Lolong anjing malam bawa pertanda

Alam bawa kisah unggas resah

Beritakan.. Tangis....


Saat gelombang lahar

Hanyutkan ribuan manusia

Tanpa mau mengerti datang tepati janji

Waktu seorang ibu

Belai mesra anaknya


Gemuruhnya petaka singkirkan jeritan yang ada

Batu-batu telanjang

Menari di nurani

Hancurkan rumah-rumah, hancurkan kedamaian


Colombia.......

Colombia.......

Sementara kita di sini

Tanpa beban bernyanyi

Sedangkan mereka gundah

Di sela ganasnya wabah

Sementara kita di sini

Asyik cumbui mimpi

Sedangkan mereka di sana

Rindukan riuhnya pesta


Narasi:

Ada sekuntum bunga mawah

Bercengkrama dengan lahar

Seorang bayi mungil

Begitu manis menyambut mati


Iwan Fals - Cikal

Kerbau dikepalaku ada yang suci
Kerbau dikepalamu senang bekerja
Kerbau disini teman petani

Ular dinegara maju menjadi sampah nuklir
Ular didalam buku menjadi hiasan tatto
Ular disini memakan tikus

Kerbauku kerbau petani
Ularku ular sanca
Kerbauku teman petani
Ularku memakan tikus

Kerbauku besar kerbauku seram
Tetapi ia bukan pemalas
Hidupnya sederhana

Sancaku besar sancaku seram
Mengganti kulit keluar sarang makan dan bertapa
Hidupnya sederhana

Ularku ular sanca
Kerbauku kerbau petani
Ularku memakan tikus
Kerbauku teman petani

Walau kerbauku bukan harimau
Tetapi ia bisa seperti harimau
Kerbauku tetap kerbau
Kerbau petani yang senang bekerja

Sancaku melilitnya
Kerbauku tidak terganggu
Karena sancaku dan kerbau
Temannya petani

Lalu dimana anak anak sang tikus?

Bayi bayi bayi
Murni dan kosong

Bayi bayi bayi
Bayi ya bayi

Kalau kita sedang tidur dan tiba tiba saja kita terbangun
Karena lubang hidung kita terkena kumis harimau
Mungkin kita akan lari ya lari
Tetapi bayiku tidak

Bukan karena bayiku belum bisa berlari
Aku percaya
Aku percaya

Bayiku tidak akan pernah berfikir
Bahwa harimau itu jahat
Bayiku menarik narik kumis
Dan memukul mukul mulut harimau
Harimau malah memberikan bayiku mainan

Bayiku menjadi bayi harimau
Bayi harimau anak petani
Seperti sanca melilit kerbau
Ia ada di gorong gorong kota

Lantas apa agamanya?

Kerbauku kerbau petani
Ularku ular sanca
Bayiku murni dan kosong
Ia ada di gorong gorong kota

Kerbauku kerbau petani
Ularku ular sanca
Bayiku bayi harimau
Ia ada di gorong gorong kota

Bayi bayi bayi
Murni dan kosong

Bayi bayi bayi
Bayi harimau

Bayi bayi bayi
Yang berkalung sanca

Bayi bayi bayi
Yang di susui kerbau


Iwan Fals - Cik

Cepat kemari calon istriku
Ajarkan aku setiap pagi
Kucium mesra bibirmu

Larilah dekap tubuhku erat
Otakku buntu aku tak tahu
Hadapi soal serupa itu
Nona cantik calon istriku tolonglah aku

Pikat hatiku dengan tingkahmu
Sebelum kita siap arungi
Lautan luas penuh tantangan
Tampak perahu kecil kita menunggu di dermaga

Riak gelombang suatu rintangan
Ingat itu pasti kan datang
Karang tajam sepintas seram
Usah gentar bersatu terjang

Ulurkan tanganmu
Pasti kugenggam jarimu
Kecup mesra hatiku
Rintangan kuyakin pasti berlalu

Ulurkan tanganmu
Pasti kugenggam jarimu
Kecup mesra hatiku
Rintangan kuyakin pasti berlalu

Riak gelombang suatu rintangan
Ingat itu pasti kan datang
Karang tajam sepintas seram
Usah gentar bersatu terjang

Cepat kemari calon istriku
Ajarkan aku setiap pagi
Kucium mesra jidatmu

Larilah dekap tubuhku erat
Otakku buntu aku tak tahu
Hadapi soal serupa itu
Nona cantik calon istriku tolonglah aku

Pikat hatiku dengan tingkahmu
Sebelum kita siap arungi
Lautan luas penuh tantangan
Tampak perahu kecil kita menunggu di dermaga


Iwan Fals - Cemburu

Setiap orang berharap hidupnya lebih baik
Dari hari ke hari dari waktu ke waktu
Setiap orang tak ingin hidupnya menderita
Tentu saja ingin bahagia tak ingin terhina

Tapi mengapa
Begitu banyak yang tak baik
Hidupnya susah
Terlunta lunta jiwa dan raganya

Ada kamu yang mengatur ini semua
Tapi rasanya percuma
Ada juga yang janjikan indahnya surga
Tapi neraka terasa

Ingin bersyukur
Tapi tak semudah tutur
Canggung jalani hidup
Yang terasa hanya kewajiban saja

Cemburu pada samudera
Yang menampung segala
Cemburu pada sang ombak
Yang selalu bergerak

Di meja judi mempertaruhkan sepenggal waktu
Setengah mabuk mencoba mencuri nasib
Sebentar menang sebentar kalah itulah gelombang hidup
Di sisa hidup agar tetap hidup

Tapi mengapa
Semua seperti mimpi
Tak ada yang abadi
Kapal inipun akhirnya berhenti di dermaga sepi

Cemburu pada samudera
Yang menampung segala
Cemburu pada sang ombak
Yang selalu bergerak


Iwan Fals - Celoteh camar tolol dan camar

Api menjalar dari sebuah kapal
Jerit ketakutan
Keras melebihi gemuruh gelombang
Yang datang

Sejuta lumba lumba mengawasi cemas
Risau camar membawa kabar
Tampomas terbakar
Risau camar memberi salam
Tampomas Dua tenggelam

Asap kematian
Dan bau daging terbakar
Terus menggelepar dalam ingatan

Hatiku rasa
Bukan takdir tuhan
Karena aku yakin itu tak mungkin

Korbankan ratusan jiwa
Mereka yang belum tentu berdosa
Korbankan ratusan jiwa
Demi peringatan manusia

Korbankan ratusan jiwa
Mereka yang belum tentu berdosa
Korbankan ratusan jiwa
Demi peringatan manusia

Bukan bukan itu
Aku rasa kita pun tahu
Petaka terjadi
Karena salah kita sendiri

Datangnya pertolongan
Yang sangat diharapkan
Bagai rindukan bulan
Lamban engkau pahlawan
Celoteh sang camar

Bermacam alasan
Tak mau kami dengar
Di pelupuk mata hanya terlihat
Jilat api dan jerit penumpang kapal

Tampomas sebuah kapal bekas
Tampomas terbakar di laut lepas
Tampomas tuh penumpang terjun bebas
Tampomas beli lewat jalur culas
Tampomas hati siapa yang tak panas
Tampomas kasus ini wajib tuntas
Tampomas koran koran seperti amblas
Tampomas pahlawanmu kurang tangkas
Tampomas cukup tamat bilang naas


Iwan Fals - Cantik Munafik

Dia adalah gadis jelita
Tak pernah banyak tingkah
Didalam kelas dialah ratu
Tak ada bandingannya

Hingga semua murid pria
Banyak yang menggodanya
Sampai pak guru Umar tertarik
Oleh goyang pinggulnya

Aku pun juga malu tak malu
Jatuh cinta padanya
Sembunyi sembunyi kukirim surat
Lewat teman baiknya

Tapi ternyata setelah kuterima
Balasan suratnya
Tak aku duga dari semula
Cintaku ditolak dia

Hei hei hei
Apa sih kekuranganku ?
Padahal
Banyak orang bilang aku ganteng

Hei hei hei
Apa sih keinginannya ?
Rumahku megah
Mobilku banyak
Sayang milik orang tua

Ku tak mengerti dia begitu
Membuatku penasaran
Korban yang lain juga berkata
Sama seperti aku

Tapi ternyata ketika kuintip
Tepat di malam minggu
Dia gandengan sama bapakku
Yang kepala tak berbulu

Hei hei hei
Dialah gadis panggilan
Yang masih
Duduk dibangku sekolah

Hei hei hei
Pantesan sedikit susah
Karena dia tahu
Anak sekolah
Tak pernah berkantong basah

Dasar bapakku
Tak tahu malu
Punya hobi meneguk madu


Iwan Fals - Bunga Trotoar

Bunga bunga kehidupan
Tumbuh subur di trotoar
Mekar liar dimana mana

Langkah langkah garang datang
Hancurkan wanginya kembang
Engkau diam tak berdaya

Bungaku
Bunga liar
Bungaku
Bunga trotoar

Menggelar aneka barang
Menggelar mimpi yang panjang
Kaki lima menggelar resah

Diemperan toko besar
Koar mulutmu berkobar
Kaki lima makin menjalar

Bungaku
Bunga liar
Bungaku
Bunga trotoar

Bungaku
Bunga liar
Bungaku
Bunga trotoar

Bungaku
Bunga liar
Bungaku
Bunga trotoar

Bungaku
Bunga liar
Bungaku
Bunga trotoar

Bagai jutaan srigala
Menyerbu kota besar
Tempat asal adalah neraka

Tolong beri tahu aku
Bagaimana caranya ?
Nasib tak pernah berpihak

Bungaku
Bunga liar
Bungaku
Bunga trotoar

Bungaku
Bunga liar
Bungaku
Bunga trotoar

Ya liar
Bunga trotoar
Liar liar liar liar

Bungaku bungaku bungaku
Bunga trotoar

Bunga liar
Bunga liar
Bunga liar

Para kurcaci diinjak mati
Para kurcaca nyanyi tralala
Para kurcaci bersedih hati
Para kurcaca ha ha ha ha ha ha

Para kurcaci diinjak mati
Para kurcaca nyanyi tralala
Para kurcaci bersedih hati
Para kurcaca ha ha ha ha ha ha


Iwan Fals - Bunga bunga Kumbang kumbang

Apa memang harus layu
Bunga bunga
Setelah sang kumbang
Menghisap manisnya madumu

Apa memang harus ingkar
Kumbang kumbang
Setelah sang bunga
Terkulai layu tak berbunga

Bunga bunga dilahirkan
Untuk dihisap sang kumbang
Kumbang kumbang dilahirkan
Untuk menghisap sang bunga

Bunga bunga dimekarkan
Untuk digoda sang kumbang
Kumbang kumbang diterbangkan
Untuk menggoda sang bunga

Mengapa bunga harus layu?
Setelah kumbang dapatkan madu
Mengapa kumbang harus ingkar?
Setelah bunga tak lagi mekar

Mungkin tuhan telah takdirkan
Kumbang kumbang
Campakkan sang bunga
Setelah layu tak berguna

Bunga bunga dilahirkan
Untuk dihisap sang kumbang
Kumbang kumbang dilahirkan
Untuk menghisap sang bunga

Bunga bunga dimekarkan
Untuk dicampakkan kumbang
Kumbang kumbang diterbangkan
Untuk mencampakkan bunga

Mengapa bunga harus layu?
Setelah kumbang dapatkan madu
Mengapa kumbang harus ingkar?
Setelah bunga tak lagi mekar


Iwan Fals - Bung Hatta

Tuhan terlalu cepat semua

Kau panggil satu-satunya yang tersisa

Proklamator tercinta...

Jujur lugu dan bijaksana

Mengerti apa yang terlintas dalam jiwa

Rakyat Indonesia...


Reff :

Hujan air mata dari pelosok negeri

Saat melepas engkau pergi...

Berjuta kepala tertunduk haru

Terlintas nama seorang sahabat

Yang tak lepas dari namamu...

Terbayang baktimu, terbayang jasamu

Terbayang jelas... jiwa sederhanamu

Bernisan bangga, berkapal doa

Dari kami yang merindukan orang

Sepertimu...


Iwan Fals - Buku ini aku pinjam

(biar tau, biar rasa)
cinta ini milik kita
Dikantin depan kelasku,
disana kenal dirimu
Yang kini tersimpan dihati,
Jalani kisah sembunyi

Dihalte itu ku tunggu,
senyum manismu kekasih
Usai dentang bel sekolah,
Kita nikmati yang ada

Seperti hari yang lain,
Kau senyum tersipu malu
Ketika ku sapa engkau..

Genggamlah jari,
Genggamlah hati ini

Memang usia kita muda,
Namun cinta soal hati
Biar mereka bicara,
Telinga kita terkunci

(Biar tau, biar rasa)
Maka tersenyumlah kasih
(Tetap langkah, jangan hentikan)
Cinta ini milik kita

Buku ini aku pinjam,
‘kan ku tulis sajak indah
Hanya untukmu seorang,
Tentang mimpi-mimpi malam


Iwan Fals - Buktikan

Kata kata berbisa
Mulut mulut berbusa
Janji janji bertebaran
Seperti biasa dari atas panggung
Atas nama bangsa

Yang mendengar terpesona
Bahkan ada yang terkesima
Aku pun tergoda
Untuk mengikuti apa yang terjadi
Apakah memang janji hanya janji

Buktikan buktikan
Itu yang di nanti nanti
Buktikan buktikan
Kalau hanya omong
Burung beo pun bisa

Kita hidup sering terancam
Tak ada jaminan keselamatan
Kamu ngomong tentang keamanan
Tapi makin banyak penggusuran

Kita hidup sering terancam
Tak ada jaminan keselamatan
Kamu ngomong tentang kemakmuran
Tapi makin banyak pengangguran

Buktikan buktikan
Itu yang di nanti nanti
Buktikan buktikan
Kalau hanya omong
Burung beo pun bisa

Kata kata berbisa
Mulut mulut berbusa
Janji janji berhamburan
Seolah olah kami ini bodoh
Tak mengerti apa apa
Seolah olah kami ini anak kecil
Yang bisa kau bohongi sesuka hatimu

Buktikan buktikan
Itu yang di nanti nanti
Buktikan buktikan
Kalau hanya omong
Burung beo pun bisa

Buktikan buktikan
Buktikan buktikan
Buktikan buktikan
Buktikan buktikan


Iwan Fals - Bongkar

Kalau cinta sudah di buang

Jangan harap keadilan akan datang

Kesedihan hanya tontonan

Bagi mereka yang di perbudak jabatan


(*) O, o, ya o ... Ya o ... Ya bongkar


O, o, ya o ... Ya o ... Ya bongkar


Sabar, sabar, sabar dan tunggu

Itu jawaban yang kami terima

Ternyata kita harus ke jalan

Robohkan setan yang berdiri mengangkang

Kembali ke : (*)


Reff I :

Penindasan serta kesewenang-wenangan

Banyak lagi teramat banyak untuk disebutkan

Hoi hentikan

Hentikan jangan di teruskan

Kami muak dengan ketidakpastian dan keserakahan

O, o, ya o ... Ya o ... Ya bongkar

O, o, ya o ... Ya o ... Ya bongkar

Reff II :

Di jalan kami sandarkan cita-cita

Sebab dirumah tak ada lagi yang bisa dipercaya

Orang tua pandanglah kami sebagai manusia

Kami bertanya tolong kau jawab dengan cinta


Iwan Fals - Besar dan Kecil

Kau seperti bus kota atau truk gandengan

Mentang-mentang paling besar klakson sembarangan

Aku seperti bemo atau sandal japit

Tubuhku kecil mungil biasa terjepit

Pada siapa ku mengadu

Pada siapa ku bertanya

Kau seperti buaya atau dinosaurus

Mentang-mentang menakutkan makan sembarangan

Aku seperti cicak atau kadal buntung

Tubuhku kecil mrengil sulit dapat untung

Pada siapa ku mengadu

Pada siapa ku bertanya


Mengapa besar selalu menang

Bebas berbuat sewenang-wenang

Mengapa kecil selalu tersingkir

Harus mengalah dan menyingkir


Apa bedanya besar dan kecil

Semua itu hanya sebutan

Ya.. walau di dalam kehidupan

Kenyataannya harus ada besar dan kecil


Iwan Fals - Berkacalah Jakarta

Langkahmu cepat seperti terburu
Berlomba dengan waktu
Apa yang kau cari belumkah kau dapati
Diangkuh gedung gedung tinggi

Riuh pesta pora sahabat sejati
Yang hampir selalu saja ada

Isyaratkan enyahlah pribadi

Lari kota Jakarta lupa kaki yang luka
Mengejek langkah kura kura
Ingin sesuatu tak ingat bebanmu
Atau itu ulahmu kota

Ramaikan mimpi indah penghuni

Jangan kau paksakan untuk berlari
Angkuhmu tak peduli
Luka di kaki

Jangan kau paksakan untuk tetap terus berlari
Bila luka di kaki belum terobati
Berkacalah Jakarta

Lari kota Jakarta lupa kaki yang luka
Mengejek langkah kura kura
Ingin sesuatu tak ingat bebanmu
Atau itu ulahmu kota

Ramaikan mimpi indah penghuni

Jangan kau paksakan untuk berlari
Angkuhmu tak peduli
Luka di kaki

Jangan kau paksakan untuk tetap terus berlari
Bila luka di kaki belum terobati
Berkacalah Jakarta


Iwan Fals - Berikan pijar Matahari

Terhimpit gelak tertawa
Diselah meriah pesta
Seribu gembel ikut menari
Seribu gembel terus bernyanyi

Keras melebihi lagu tuk berdansa
Keras melebihi gelegar halilintar
Yang ganas menyambar

Kuyakin pasti terlihat
Dansa mereka begitu dekat
Kuyakin pasti terdengar
Nyanyi mereka yang hingar bingar

Seolah kita tidak mau mengerti
Seolah kita tidak mau perduli
Pura buta dan pura tuli

Mari kita hentikan
Dansa mereka
Dengan memberi pijar matahari
Dengan memberi pijar matahari

Terkurung gedung gedung tinggi
Wajah murung yang hampir mati
Biarkan mereka iri
Wajar bila mencaci maki

Napas terasa sesak bagai terkena asma
Nampak merangkak degup jantung keras berdetak
Setiap detik sepertinya hitam

Tak sanggup aku melihat
Lukamu kawan dicumbu lalat
Tak kuat aku mendengar
Jeritmu kawan melebihi dentum meriam


Iwan Fals - Berandal Malam Di Bangku Terminal

Sebentar lagi pagi kan datang
Walau sang bulan malas untuk pulang
Di bangku terminal benakmu bertanda
Gelisah seorang merasa terbuang

Sedetik ingatnya seribu angannya
Dambakan malam terus berbintang
Di bawah sadarnya nasib bercerita
Hangatnya surya bara neraka

Sampai kapan kau akan bertahan
Dicaci langit tak sanggup menjerit
Hitam awan pasrah kau jilati
Kusam kau dekap dengan muak kau lelap
Pagi yang hingar dengan sadar engkau gentar

Jangan jangan pagi kau hadirkan
Biarkan malam terus berjalan
Jangan jangan mentari kau terbitkan

Jangan jangan pagi kau datangkan
Kumohon dan aku harapkan
Jangan jangan mentari kau terbitkan

Dengarlah tuhan apa yang dibisikkan
Berandal malam di bangku terminal


Iwan Fals - Bento

Namaku Bento, rumah real estate
Mobilku banyak, harta melimpah
Orang memanggilku, bos eksekutif
Tokoh papan atas, atas sgalanya, asik!

Wajahku ganteng, banyak simpanan
Sekali lirik, oh bisa jalan
Bisnisku menjagal, jagal apa saja
yang penting aku senang, aku menang
Persetan orang susah, karena aku
Yang penting asik, sekali lagi, asik!

Obral soal moral, omong keadilan, sarapan pagiku
Aksi tipu-tipu, lobi dan upeti, woo jagonya
Maling kelas teri, bandit kelas coro, itu kantong sampah
Siapa yang mau berguru, datang padaku, sebut 3 kali namaku
Bento bento bento.. asik..


Iwan Fals - 1910

Apakabar kereta yang terkapar di senin pagi
Di gerbongmu ratusan orang yang mati
Hancurkan mimpi bawa kisah
Air mata air mata
Belum usai peluit belum habis putaran roda
Aku dengar jerit dari Bintaro
Satu lagi catatan sejarah
Air mata air mata
Berdarahkan tuan yang duduk di belakang meja
Atau cukup hanya ucapkan belasungkawa aku bosan
Lalu terangkat semua beban dipundak
Semudah itukah luka-luka terobati
Nusantara tangismu terdengar lagi
Nusantara derita bila terhenti
Bilakah bilakah
Sembilan belas oktober tanah Jakarta berwarna merah
Meninggalkan tanya yang tak terjawab
Bangkai kereta lemparkan amarah
Air mata air mata
O o o o o o o o o
Nusantara langitmu saksi kelabu
Nusantara terdengar lagi tangismu
Ho ho ho
Nusantara kau simpan kisah kereta
Nusantara kabarkan marah sang duka
Saudaraku pergilah dengan tenang
Sebab luka sudah tak lagi panjang


Iwan Fals - Belum ada Judul

Pernah kita sama sama susah
Terperangkap didingin malam
Terjerumus dalam lubang jalanan
Digilas kaki sang waktu yang sombong
Terjerat mimpi yang indah lelap

Pernah kita sama-sama rasakan
Panasnya mentari hanguskan hati
Sampai saat kita nyaris tak percaya
Bahwa roda nasib memang berputar
Sahabat masing ingatkah kau

Reff:
Sementara hari terus berganti
Engkau pergi dengan dendam membara di hati

Cukup lama aku jalan sendiri
Tanpa teman yang sanggup mengerti
Hingga saat kita jumpa hari ini
Tajamnya matamu tikam jiwaku
Kau tampar bangkitkan aku sobat


Iwan Fals - Barang antik

Berjalan tersendat
Diantara sedan sedan licin mengkilat
Dengan warna pucat
Dan badan penuh cacat sedikit berkarat

Hei oplet tua dengan bapak sopir tua
Cari penumpang dipinggiran ibukota
Sainganmu mikrolet, bajai dan bis kota
Kini kau tersingkirkan oleh mereka

Bagai kutu jalanan
Di tengah tengah kota metropolitan
Cari muatan
Untuk nguber setoran sisanya buat makan

Hei oplet tua dengan bapak sopir tua
Cari penumpang dipinggiran ibukota
Sainganmu mikrolet, bajai dan bis kota
Kini kau tersingkirkan oleh mereka

Berjalan zig zag ngebut
Nggak peduli walau mobil sudah butut
Suara bising ribut
Yang keluar dari knalpotmu bagai kentut

Hei oplet tua dengan bapak sopir tua
Cari penumpang dipinggiran ibukota
Sainganmu mikrolet, bajai dan bis kota
Kini kau tersingkirkan oleh mereka

Oh bapak tua
Pemilik oplet tua
Tunggu nanti di tahun dua ribu satu
Mungkin mobilmu
Jadi barang antik
Yang harganya selangit

Oh bapak tua
Pemilik oplet tua
Tunggu nanti di tahun dua ribu satu
Mungkin opletmu
Jadi barang nyentrik
Yang harganya selangit


Iwan Fals - Bangunlah Putra-Putri pertiwi

Sinar matamu tajam namun ragu

Kokoh sayapmu semua tahu

Tegap tubuhmu takkan tergoyahkan

Kuat jarimu kalau mencengkeram

Bermacam suku yang berbeda

Bersatu dalam cengkeramanmu

Angin genit mengelus merah putihku

Yang berkibar sedikit malu-malu

Merah membara tertanam wibawa

Putihmu suci penuh kharisma

Pulau pulau yang berpencar

Bersatu dalam kibarmu


Terbanglah garudaku

Singkirkan kutu-kutu di sayapmu oh.....

Berkibarlah benderaku

Singkirkan benalu di tiangmu

Jangan ragu dan jangan malu

Tunjukkan pada dunia

Bahwa sebenarnya kita mampu


Mentari pagi sudah membumbung tinggi

Bangunlah putra putri ibu pertiwi

Mari mandi dan gosok gigi

Setelah itu kita berjanji


Tadi pagi esok hari atau lusa nanti

Garuda bukan burung perkutut

Sang saka bukan sandang pembalut

Dan coba kau dengarkan

Pancasila itu bukanlah rumus kode buntut


Yang hanya berisikan harapan

Yang hanya berisikan khayalan


Iwan Fals - Balada Pengangguran

O, apa jadinya?
E, ini apa?
O, apa jadinya?
E, aku lesu?

Dibolak balik dinalar nalar
Tanpa logika oh ya!
Diraba raba diterka terka
Tidak terduga oh ya!

Misteri ijazah tidak ada gunanya
Ketekunan tidak ada artinya

Pembangunan oh!
Pengangguran ya!
Ya ha ha ha
Oh ya!

Penerangan oh!
Kegelapan ya!
Putus asa oh ya
Oh ya o!

Akan merampok takut penjara
Menyanyi tidak bisa
Bunuh diri ku takut neraka
Menangis tidak bisa

Kaki lima oh!
Kaki lima ya!
Kaki lima oh!
Oh ya!

Makan debu huh!
Makan debu iya!
Ya janji palsu
Oh ya!

Dibolak balik dinalar nalar
Tanpa logika oh ya!
Diraba raba diterka terka
Tidak terduga oh ya!

Menghutang lalu lagi menghutang
Tahu tahu menipu

Pembangunan oh!
Pengangguran ya!
Pengangguran oh!
Oh ya!

Penyuluhan oh!
Kegelapan ya!
Putus asa oh!
Oh ya!

Menghutang lalu lagi menghutang
Tahu tahu menipu

Pembangunan oh!
Pengangguran ya!
Pengangguran oh!
Oh ya!

Menghutang lalu lagi menghutang
Tahu tahu menipu

Penyuluhan oh!
Kegelapan ya!
Putus asa oh!
Oh ya!

Menghutang lalu lagi menghutang
Tahu tahu menipu

Pembangunan oh!
Pengangguran ya!
Pengangguran oh!
Oh ya!

Menghutang lalu lagi menghutang
Tahu tahu menipu


Iwan Fals - Balada Orang-orang pedalaman

He.....ya ya ya he ya ho...)
He.....ya ya ya he ya he...)3x

Balada orang-orang pedalaman

He.....ya ya ya he ya ho...
He.....ya ya ya he ya he...

Di hutan di gunung dan di pesisir
He....ya...ya...ya...he...ya....ho
Manusia yang datang dari kota
Tega bodohi mereka
Lihatlah tatapannya yang kosong
Tak mengerti apa yang terjadi
He ya ya ya he ya ho
Tak tajam lagi tombak, panah dan parang
He ya ya ya he ya ho
He ya ya ya ho ya he
Takampuh lagi mata dari sang pawang
Dimana lagi cari hewan buruan
Yang pergi karena senapan
Dimana mencari ranting pohon
Kalau sang pohon tak ada lagi..

Pada siapa mereka tanyakan hewannya
Ya...pada siapa tanyakan pohonnya
Saudaraku di pedalaman menanti
Sebuah jawaban yang tersimpan di hati
Lewatmu...pembeli

Pada orang-orang pedalaman
Yang menari dan menyanyi
Dihalau bising ribuan deru gergaji


Iwan Fals - Adzan subuh masih ditelinga

Ketika fajar menjelang
Terlihat dia melangkah enggan
Seirama dengan dendang subuh
Yang singgah di hati keruh

Sempit jalan berdesak bangunan
Memandang sinis mendakwa bengis
Perempuan satu dan hitamnya waktu

Dihapusnya gincu dengan ujung baju
Dibuangnya dengus birahi sejuta tamu

Hari pagi menyambut kau kembali
Mengusap nadi mengelus hati
Sesal di hatimu kian mengganggu

Kau reguk habis semua doa doa
Dari surau depan rumah yang kau sewa
Tak terasa surya duduk di kepala
Azan subuh masih di telinga

Terdengar renyah tawa gadis sekolah
Menyibak tabir cerita lama
Didepan retaknya cermin yang telah usang
Menari dia seperti dahulu

Terdengar pelan ketuk pintu
Tegur anakmu buyarkan lamunan
Perempuan satu kian terbelenggu

Dihapusnya gincu dengan ujung baju
Dibuangnya dengus birahi sejuta tamu


Iwan Fals - Awang - awang

Jika kata tak lagi bermakna
Lebih baik diam saja
Jika langkah tak lagi bermata
Langkah buta terjang saja

Melayang terbang melayang
Melayang di awang-awang
Melayang terbang melayang
Di atas samudera terbentang

Berlari aku berlari
Menembus hari
Berlari aku berlari
Menembus hari

Bagaimana bisa berhenti ?
Sedang kita belum melangkah
Bagaimana bisa kembali ?
Sedang kita tak tahu sampai dimana

Berlari aku berlari
Menembus hari
Berlari aku berlari
Menembus hari

Bagaimana bisa mengerti ?
Sedang kita belum berpikir
Bagaimana bisa dianggap diam ?
Sedang kita belum bicara

Melayang terbang melayang
Melayang melayang
Melayang melayang

Bagaimana bisa mengerti ?
Sedang kita belum berpikir
Bagaimana bisa dianggap diam ?
Sedang kita belum bicara

Melayang terbang melayang
Melayang di awang-awang
Melayang terbang melayang
Di atas samudera terbentang


Iwan Fals - Asmara Tak Secengeng Yang Aku Kira

Bekas tapak tapak sepatu
Yang kupakai selalu ikuti
Kemana ku berjalan

Debu dan keringat
Yang ada diatas kulit tubuh ini
Saksi bisu bahwasannya
Tak mudah dan tak segampang
Yang selama ini aku sangka tentang asmara

Cermin di segala tempat
Sahabat terdekat
Tak pernah terlambat

Menampung setiap ungkapan
Mendekap semua keluhan
Meraih suka
Menangkap tawa
Merebut duka

Satu cerita dua manusia
Terlibat dalam amuk asmara
Satu cerita yang memang ada
Tak mungkin mati jelas abadi
Selama manusia hidup dalam alam ini

Maafkan kalau ku salah duga
Ternyata asmara itu
Tak mudah tak gampang dan tak secengeng
Yang kukira yang kusangka


Iwan Fals - Asik ga asik

Dunia politik penuh dengan intrik
Cubit sana cubit sini itu sudah lumrah
Seperti orang pacaran
Kalau nggak nyubit nggak asik

Dunia politik penuh dengan intrik
Kilik sana kilik sini itu sudah wajar
Seperti orang adu jangkrik
Kalau nggak ngilik nggak asik

Rakyat nonton jadi supporter
Kasih semangat jagoannya
Walau tau jagoannya ngibul
Walau tau dapur nggak ngebul

Dunia politik dunia bintang
Dunia hura hura para binatang
Berjoget dengan asik

Dunia politik punya hukum sendiri
Colong sana colong sini atau colong colongan
Seperti orang nyolong mangga
Kalau nggak nyolong nggak asik

Rakyat lugu kena getahnya
Buah mangga entah kemana
Tinggal biji tinggal kulitnya
Tinggal mimpi ambil hikmahnya

Dunia politik dunia bintang
Dunia pesta pora para binatang
Asik nggak asik

Dunia politik memang asik nggak asik
Kadang asik kadang enggak disitu yang asik (katanya)
Seperti orang main catur
Kalau nggak ngatur nggak asik

Pion bingung nggak bisa mundur
Pion pion nggak mungkin kabur
Menteri, luncur, kuda dan benteng
Galaknya melebihi raja

Raja tenang gerak selangkah
Sambil menyematkan hadiah

Asik nggak asik / Politik

Asik nggak asik / Politik

Asik nggak asik

Asik nggak asik


Iwan Fals - Apakah aku benar-benar memiliki kamu

Telah kuberikan semua yang ada didalam jiwa
Tak tersisa walau sekecil debu
Ku ikhlaskan goresan rasa namun kata yang indah
Selalu berlabuh di tempat yang salah

Hari sepi menikam dalam
Tak adakah secercah harapan

Biduk cinta yang hampir karam coba aku tahan
Sempat goyah sempat aku bosan
Hasrat hati yang kini terganggu oleh rasa ragu
Kemanakah rindu yang kemarin

Ungkapkanlah isi hatimu
Jangan pernah berpaling dariku
Tunjukkanlah rasa cintamu
Jangan sampai aku bertanya

Apakah aku benar-benar memiliki
Apakah aku benar-benar memiliki
Kamu


Iwan Fals - Antara Aku kau dan Bekas pacarmu

tabir gelap yang dulu hinggap
lambat laun mulai terungkap
labil tawamu
tak pasti tangismu
jelas membuat aku sangat ingin mencari

apa yang tersembunyi
di balik manis senyummu
apa yang tersembunyi
di balik bening dua matamu

dapat ku temui
mengapa engkau tak pasti
lalu aku coba
untuk mengerti

saat engkau tiba
disimpang jalan
lalu kau bimbang
untuk tentukan arah tujuan

jalan gelap yang kau pilih
penuh lubang dan mendaki
jalan gelap yang kau pilih
penuh lubang dan mendaki


Iwan Fals - Angan dan Ingin

Sambil tersenyum dan tanpa beban
Sepanjang jalan menarik perhatian
Rambutnya panjang
Rampingnya pinggang
Celana blue jeans mengukir tubuhnya sempurna

Tua muda berangan melihatnya
Seperti aku ingin bersamanya
Tapi sayangnya
Angan dan ingin
Seperti angin

Tiada habisnya
Tiada hentinya
Melayang

Tiada habisnya
Tiada hentinya
Menggoyang

Tiada habisnya
Tiada hentinya
Menantang

Tiada habisnya
Tiada hentinya
Sehingga hujan turun mengecewakan


Iwan Fals - Ambulan zig zag

Deru ambulance
Memasuki pelataran rumah sakit
Yang putih berkilau

Di dalam ambulance tersebut
Tergolek sosok tubuh gemuk
Bergelimang perhiasan

Nyonya kaya pingsan
Mendengar kabar
Putranya kecelakaan

Dan para medis
Berdatangan kerja cepat
Lalu langsung membawa korban menuju ruang periksa

Tanpa basa basi
Ini mungkin sudah terbiasa

Tak lama berselang
Supir helicak datang
Masuk membawa korban yang berkain sarung

Seluruh badannya melepuh
Akibat pangkalan bensin ecerannya
Meledak

Suster cantik datang
Mau menanyakan
Dia menanyakan data si korban

Di jawab dengan
Jerit kesakitan
Suster menyarankan bayar ongkos pengobatan

Ai sungguh sayang korban tak bawa uang

Suster cantik ngotot
Lalu melotot
Dan berkata “Silahkan bapak tunggu di muka!”

Hai modar aku
Hai modar aku
Jerit si pasien merasa kesakitan

Hai modar aku
Hai modar aku
Jerit si pasien merasa diremehkan


Iwan Fals - Alasan

Satu pengumuman
Buat pemuda dan pemudi
Yang tercinta
Dan tersayang

Bila bapak ibu pergi
Ibu pamit arisan
Dan bapak pamit rapat kerja
Itu tandanya engkau harus waspada

Lebih baik kau tegur saja
Ibu arisan berapa jam
Bapak rapat berapa bulan
Sebab dijaman sekarang
Penipuan maju di segala bidang

Jaman modern katanya
Arisan lha kok sepuluh jam
Anehnya bersolek lima jam
Di salon sri bahenol
Nyeksi...ongkosnya seharga mercy

Jaman modern katanya
Rapat lha kok sepuluh hari
Anehnya bawa mobil pribadi
Wajah berseri-seri
Tampak girang sekali

Tanda tanya pasti dalam hatimu...

Tahukah kau kawan
Arisan singkatan
Aku rindu sama Anton

Arisan singkatan
Aku rindu sama Anton

Rapat kerja singkatan
Rapat empat mata
Kerumah Jamilah, Jaitun, janda muda

Rapat kerja singkatan
Rapat empat mataKerumah Jamilah, Jaitun, janda muda


Iwan Fals - Aku sayang kamu

Susah...susah mudah kau kudekati

Kucari...engkau lari kudiam kau hampiri

Jinak burung dara justru itu kusuka

Bila engkau tertawa hilang semua duka

Gampang naik darah...omong tak mau kalah

Kalau datang senang...nona cukup ramah

Bila engkau bicara...persetan logika

Sedikit keras kepala...ah dasar betina

Ku suka kamu...sungguh suka kamu

Kuperlu kamu...sungguh perlu kamu

Engkau aku sayang...sampai dalam tulang

Banyak orang bilang...aku mabuk kepayang

Aku cinta kamu

Bukan cinta uangmu

Aku puja selalu setiap ada waktu

Ku suka kamu...sungguh suka kamu

Ku perlu kamu...sungguh perlu kamu

Langsat kuning cina warna kulit nona

Bibir merah muda lesung pipi pun ada

Wajah cukup lumayan dapat poin enam

Kalau nona berjalan rembulan pun padam

Ku suka kamu...sungguh suka kamu

Kuperlu kamu...sungguh perlu kamu